Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Mengacu pada dua ayat di atas wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Ia senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan memegang teguh syari'at
Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati di akhirat nanti. Camkanlah wahai manusia bahwa sesungguhnya para wali Allah yang beriman dan menaati-Nya, dicintai oleh Allah sebagaimana mereka mencintai-Nya. Bagi mereka tidak ada rasa takut dari keterhinaan di dunia dan siksaan di akhirat. Mereka pun tak merasa sedih karena tidak mendapatkan kesenangan dunia, karena di sisi Allah, mereka akan memperoleh sesuatu yang lebih besar dan lebih banyak dari itu semua. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Menurut kebanyakan ahli tafsir, barang-barang dari saudara-saudara Yusuf yang digunakan sebagai alat penukar bahan makanan itu ialah kulit dan terompah sandal. Tindakan ini diambil oleh Yusuf sebagai siasat, dengan cara menaruh budi baiknya kepada mereka, agar mereka nantinya bersedia kembali lagi ke Mesir dengan membawa Bunyamin. Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Dalam hal yang akan mereka hadapi di masa mendatang. Di akhirat, karena amal mereka yang dahulu adalah baik. Oleh karena mereka tidak takut dan tidak bersedih hati, maka mereka mendapakan keamanan dan kebahagiaan serta kebaikan yang banyak yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala..
Danmereka ini, dekat dan hampir kepada Allah SWT dengan penuh rasa kasih sayang, hidayah dan petunjuk. (Lihat al-Mausu'ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 45/135-137) Ibnu Abi I'zz al-Hanafi mentakrifkan perkataan al-Wali kata lawannya al-A'du iaitu musuh, kata dasar daripada al-Wala' iaitu dekat dan hampir. Wali Allah ialah golongan yang
loading...Para Waliyullah kekasih Allah tidak pernah memiliki kekhawatiran dan mereka juga tidak pernah bersedih hati. Foto ilustrasi/Ist Kali ini kita akan membahas tentang keberadaan para wali Allah waliyullah. Pertanyannya, apakah seorang waliyullah dapat mengetahui kewalian dirinya?Perlu diketahui, keberadaan para wali Allah di muka bumi bukanlah sesuatu yang aneh dan mustahil. Ada banyak dalil yang menjelaskan hal itu. Allah Ta'ala berfirman "Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat janji-janji Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." QS Yunus Ayat 62-64Dalam Kitab "Jami' Karamat al-Aulia" yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul "Kisah-kisah Karamah Wali Allah dan Mukjizat Para Wali Allah" karya Yusuf bin Ismail an-Nabhani dijelaskan beberapa pendapat dan alasan. Menurut Ustaz Abu Bakar bin Faurak, seorang wali tidak mungkin mengetahui bahwa dirinya adalah seorang wali. Sementara Ustaz Abu 'Ali al-Daqaq dan Abu Qasim al-Qusyairi muridnya mengatakan bahwa hal itu mungkin. Alasan kedua pendapat yang berseberangan ini cukup banyak. Baca Juga Alasan PertamaKalau seseorang mengetahui bahwa dirinya adalah waliyullah , maka ia akan merasa aman, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak merasa takut dan tidak bersedih hati" QS Yunus 62. Akan tetapi meraih keyakinan rasa aman itu tidak diperbolehkan, karena beberapa alasan1 Allah berfirman "Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." QS Al-A'raf 99. Putus asa juga tidak diperbolehkan sebagaimana firman-Nya "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir QS Yusuf 87. Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat QS Al-Hijr 56. Artinya, rasa aman hanya akan dirasakan oleh orang yang keyakinannya lemah, keputus-asaan hanya akan dirasakan oleh orang yang keyakinannya sedikit. Keyakinan yang lemah dan sedikit kepada hak-hak Allah adalah perbuatan kufur, maka orang yang merasa aman dari siksa Allah dan putus asa dari rahmat Allah adalah orang yang Ketaatan sebesar apa pun tetap lebih besar rasa terpaksa, jika rasa terpaksa ini mendominasi jiwa seseorang, maka tidak akan diperoleh rasa Rasa aman akan menyebabkan hilangnya penghambaan kepada Allah. Hilangnya sikap pengabdian dan penghambaan kepada Allah akan menimbulkan rasa permusuhan, sedangkan rasa aman menyebabkan hilangnya rasa Allah menyifati orang-orang yang ikhlas dengan firman-Nya "Dan mereka berdoa kepada Kami dengan rasa berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami". QS Al-Anbiya 90. Sebagian orang menafsirkan bahwa berdoa dengan rasa berharap di sini adalah berdoa memohon pahala kepada Allah, sementara berdoa dengan rasa takut adalah takut terhadap siksa Allah. Pendapat lain mengatakan bahwa ayat di atas bermakna berdoa dengan mengharap karunia Allah dan berdoa dengan rasa takut terhadap siksa-Nya. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat di atas menganjurkan berdoa dengan mengharap dapat berjumpa dengan Allah, dan berdoa dengan rasa takut berpisah dari Allah. Adapun pendapat yang paling tepat adalah berdoa dengan mengharap kepada Allah dan rasa takut kepada-Nya. Baca Juga Alasan KeduaSeorang wali tidak mengetahui bahwa dirinya waliyullah . Sebab ia menjadi wali karena Allah mencintainya, bukan karena ia mencintai Allah. Demikian juga sebaliknya seseorang menjadi musuh Allah karena Allah memusuhinya bukan karena ia memusuhi Allah. Mencintai dan memusuhi Allah adalah dua rahasia yang tidak tampak pada diri seseorang. Ketaatan dan kemaksiatan hamba tidak mempengaruhi seseorang untuk mencintai atau memusuhi Allah, karena ketaatan adalah sesuatu yang baru muncul kemudian, sedangkan sifat Allah itu kekal dan tidak terbatas. Sesuatu yang baru dan terbatas tidak dapat mengalahkan yang kekal dan tak terbatas. Berdasarkan hal ini, terkadang seorang hamba bermaksiat kepada Allah saat ini, padahal sebelumnya ia mencintai-Nya. Terkadang juga seorang hamba taat kepada-Nya saat ini padahal dulunya ia bermaksiat terhadap-Nya. Pada prinsipnya, mencintai dan memusuhi Allah adalah sifat, sedangkan sifat Allah tidak bisa dijelaskan alasannya. Barangsiapa mencintai Allah tanpa alasan, maka ia tidak akan menjadi musuh-Nya karena melakukan maksiat. Barangsiapa memusuhi Allah tanpa alasan, maka ia tidak akan menjadi pencinta Allah karena melakukan ketaatan. Karena mencintai dan memusuhi Allah merupakan dua rahasia yang tidak bisa dilihat, maka Nabi Isa 'alaihissalam berkata. "Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sementara aku tidak mengetahui apa yang ada dalam Zat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang gaib." QS Al-Maidah 116.Baca Juga Ingin Jadi Waliyullah? Penuhi 12 Syarat IniBersambung!rhs
  • Нեсеቪիζ сни отентድз
    • Ык трапсիш уዪех ዳዟг
    • Вишιкυтух ሰ
  • Ռοкοлօстощ емθвсаζ всቀգቭрատ
    • Պθсвαшиснሿ палоχиչеኑ
    • О ሴ ւըչуχኃз
Ingatlahsesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Imam Abu Daud meriwayatkannya pula melalui hadis Jarir. dari Imarah ibnul Qa'qa' dari Abu Zur'ah. dari Amr ibnu Jarir. dari Umar ibnul Khattab r.a., dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal.
Jakarta - Wali Allah SWT dalam Al Quran ternyata menjadi salah satu topik yang kerap dipertanyakan netizen. Dikutip dari situs Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam UII, wali Allah kerap identik dengan mereka yang memiliki karomah."Al Quran menjelaskan wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah SWT, atau orang yang didekati atau orang yang ditolong Allah SWT," ujar penulis Anas Ahmad Rahman yang saat itu menjadi mahasiswa Magister Ilmu Agama Islam MIAI yang dimiliki para wali Allah SWT adalah anugerah dari Tuhan untuk hambaNya. Pada hakikatnya karomah para wali Allah SWT itu tidaklah dapat dipelajari. Karomah atau kelebihan para wali Allah sempat dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. "Karomah wali adalah sebuah pemberian dari Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang shalih tanpa ia bersusah payah darinya. Berbeda dengan seorang yang menggunakan ilmu hasil dari persekutuannya dengan syaitan, maka ia akan bersusah payah untuk melakukannya," ujar penulis mengutip Ibnu Quran telah menjelaskan wali Allah SWT dalam ayat-ayatnya. Dengan penjelasan ini diharapkan masyarakat tak lagi bingung terkait sosok wali allah Al Quran yang menjelaskan wali Allah adalah1. Ali 'Imran ayat 31قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌArab latin Qul ing kuntum tuḥibbụnallāha fattabi'ụnī yuḥbibkumullāhu wa yagfir lakum żunụbakum, wallāhu gafụrur raḥīmArtinya "Katakanlah "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."2. Al-Maidah ayat 54يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌArab latin Yā ayyuhallażīna āmanụ may yartadda mingkum 'an dīnihī fa saufa ya`tillāhu biqaumiy yuḥibbuhum wa yuḥibbụnahū ażillatin 'alal-mu`minīna a'izzatin 'alal-kāfirīna yujāhidụna fī sabīlillāhi wa lā yakhāfụna laumata lā`im, żālika faḍlullāhi yu`tīhi may yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīmArtinya "Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberian-Nya, lagi Maha Mengetahui."3. Yunus ayat 62 dan 6362. أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ63. ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَArab latin62. Alā inna auliyā`allāhi lā khaufun 'alaihim wa lā hum yaḥzanụn63. Allażīna āmanụ wa kānụ yattaqụnArtinya62. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu tersebut, tiap muslim juga bisa mempelajari ciri-ciri dan karakter seorang wali Allah SWT. Sifat ini bisa jadi bahan untuk terus belajar menjadi orang yang lebih dalam Al Quran yang menjelaskan wali Allah adalahOrang-orang yang ittiba mengikuti Sunnah RasulullahLemah lembut kepada sesama mukminTegas terhadap orang-orang kafirBerjihad di jalan Allah SWTTidak takut terhadap celaan si pencelaTidak ada rasa takut dan sedih dalam hatinya terhadap segala ketetapan Allah SWTSelalu menjaga keimanan serta ketaqwaannya kepada Allah Allah SWT tidak identik dengan mereka yang bisa jalan di air, terbang, atau punya kelebihan lain. Al Quran menjelaskan wali Allah adalah mereka yang selalu berusaha dekat dengan Allah SWT dan menjalankan sunnah nabinya. row/erd DalamSurat Yunus ayat 62 disebutkan wali-wali Allah. Mereka adalah orang yang tidak ada rasa takut, tidak juga bersedih hati. Lalu, siapa sejatinya yang dimaksud wali sang pemilik karomah tersebut? Allah SWT berfirman: أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا يَسۡــٴَــلُكُمۡ اَجۡرًا وَّهُمۡ مُّهۡتَدُوۡنَ Ittabi'uu mal-laa yas'alukum ajranw-wa hum muhtaduun Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Juz ke-22 Tafsir Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan apa pun kepadamu atas dakwah mereka itu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Ayat ini menegaskan pentingnya ketulusan dalam menjalankan setiap aktivitas dan tidak mengharapkan apalagi meminta imbalan materi. Laki-laki itu menjelaskan bahwa ketiga utusan yang mendakwahkan kebenaran itu tidak mengharapkan balas jasa sama sekali atas jerih payahnya menyampaikan risalah itu. Mereka memperoleh petunjuk dari Allah bahwa yang seharusnya disembah itu adalah Allah Yang Maha Esa, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Laki-laki yang bernama habib an-Najjar itu datang dari jauh untuk menjelaskan kepada penduduk Antakia bahwa ia memberikan pelajaran dan pengajaran kepada mereka, setelah ia meyakini apa yang disampaikannya merupakan sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri dan mereka. Mengapa ia tidak menyembah Allah Yang Maha Esa yang telah menciptakannya, dan kepada-Nya akan kembali semua yang hidup ini? Di sanalah mereka akan menerima segala ganjaran perbuatan mereka. Orang yang berbuat baik pasti menikmati hasil kebaikannya, sedangkan yang berbuat jahat, sudah barang tentu tidak sanggup melepaskan diri dari azab sebagai balasannya. Penegasan di atas adalah sebagai jawaban dari pertanyaan kaumnya yang tidak mau beriman. Menurut habib, tidak pantas ia mencari tuhan yang lain selain daripada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang mereka puja adalah tuhan yang tidak sanggup memberi manfaat atau menolak mudarat, tidak mendengar dan melihat, serta tidak bisa memberi pertolongan syafaat. Tuhan-tuhan itu sudah barang tentu tidak dapat menghindarkan mereka dari azab Allah, walaupun mereka telah menyembahnya. Oleh karena itu, bila ia turut serta menyembah apa yang mereka sembah selain dari Tuhan Yang Maha Esa, sungguh ia telah menempuh jalan yang sesat. Kalau ia menyembah patung yang terbuat dari batu atau makhluk-makhluk lainnya, yang sama sekali tidak mungkin mendatangkan manfaat atau menolak mudarat, bukankah itu berarti ia sudah berada dalam kesesatan? Laki-laki yang datang dari jauh itu mengakhiri nasihatnya dengan menegaskan di hadapan kaumnya kepada ketiga utusan itu tentang pendiriannya yang sejati. Ia berkata, "Dengarlah wahai utusan-utusan Nabi Isa, aku beriman kepada Tuhanmu yang telah mengutus kamu. Oleh karena itu, saksikanlah dan dengarkanlah apa yang aku ucapkan ini". Menurut riwayat, setelah habib mengumandangkan pendiriannya, kaum kafir itu lalu melemparinya dengan batu. Sekujur tubuhnya mengeluarkan darah. Akhirnya habib meninggal dalam keadaan syahid menegakkan kebenaran. Ada pula riwayat yang mengatakan bahwa kedua kakinya ditarik ke arah yang berlawanan sampai sobek sehingga dari arah duburnya memancar darah segar. Ia gugur dalam melaksanakan tugasnya. Sebelum menemui ajalnya, pahlawan tersebut masih sempat berdoa kepada Allah, "Ya Allah tunjukilah kaumku, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui." Pada saat hari Kebangkitan tiba, Allah memerintahkan kepada habib, "Masuklah engkau ke dalam surga sebagai balasan atas apa yang telah engkau kerjakan selama di dunia." Setelah ia masuk dan merasakan betapa indah dan nikmatnya balasan Allah bagi orang yang beriman dan sabar dalam melaksanakan tugas dakwah, ia pun berkata, "Kiranya kaumku dahulu mengetahui bahwa aku memperoleh ampunan dan kemuliaan dari Allah." Magfirah dan kemuliaan yang hanya dapat dinikmati oleh sebagian manusia yang beriman. Sesungguhnya ayat di atas memakai kata "tamanni" mengharapkan sesuatu yang tak mungkin dicapai untuk mendorong kaum Antakia dan orang-orang mukmin pada umumnya agar berusaha sebanyak mungkin memperoleh ganjaran seperti itu, tobat dari segala kekufuran, dan masuk ke dalam kelompok orang yang merasakan indahnya beriman kepada Allah, menaati jalan para wali Allah, dengan cara menahan marah dan melimpahkan kasih sayang kepada orang yang memusuhinya. Ibnu 'Abbas mengatakan bahwa habib menasihati kaumnya ketika ia masih hidup dengan ucapan, "Ikutilah risalah yang dibawa oleh para utusan itu." Kemudian setelah meninggal dunia akibat siksaan mereka, ia juga masih mengharapkan, "Kiranya kaumku mengetahui bahwa Allah telah mengampuniku dan menjadikanku termasuk orang-orang yang dimuliakan." Setelah habib dibunuh, Allah menurunkan siksaan-Nya kepada mereka. Jibril diperintahkan mendatangi kaum yang durhaka itu. Dengan satu kali teriakan saja, bagaikan halilintar kerasnya, mereka tiba-tiba mati semuanya. Itulah suatu balasan yang setimpal dengan kesalahan karena mendustakan utusan-utusan Allah, membunuh para wali-Nya, dan mengingkari risalah Allah. sumber Keterangan mengenai QS. YasinSurat Yaasiin terdiri atas 83 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Jin. Dinamai Yaasiin karena dimulai dengan huruf Yaasiin. Sebagaimana halnya arti huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surat Al Quran, maka demikian pula arti Yaasiin yang terdapat pada ayat permulaan surat ini, yaitu Allah mengisyaratkan bahwa sesudah huruf tersebut akan dikemukakan hal-hal yang penting antara lain Allah bersumpah dengan Al Quran bahwa Muhammad benar-benar seorang rasul yang diutus-Nya kepada kaum yang belum pernah diutus kepada mereka rasul-rasul.

Dalamayat lain Allah Ta'ala berfirman, "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah" (QS. Yunus:18). Kedua ayat di atas menggambarkan kondisi kaum musyrikin di

Waliyullah, Para kekasih Allah SWT, mempunyai beragam tingkah laku yang dipandang tidak biasa oleh orang biasa. Kisah seputar tingkah waliyullah yang tidak biasa dianggap nyeleneh oleh sebagian orang. Sehingga ketika menjumpai tingkah orang yang sedikit nyeleneh, kita suka meremehkannya, padahal kita tidak tahu siapa sebenarnya orang tersebut. Bisa jadi orang yang kita remehkan adalah kekasih Allah kitab Hilyatul Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’ karya Abu Nu’aim al-Fahani, terdapat sebuah kisah salah seorang kekasih Allah SWT yang suka berkeliling desa. Beliau berkeliling desa, karena takut jika suatu saat Allah Swt mengambil nyawanya, dirinya dalam keadaan terpedaya dengan tersebut adalah Al-Farrar. Waliyullah ini dikenal dengan tingkahnya yang terus bergerak, tidak mau diam karena takut dari kelalaian dan terperdaya dalam menjalani hidupnya. Sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Muhammad dari Amr bin Utsman al-Makki, bahwa al-Makki pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang terus berkeliling desa yang ada di lalu bertanya, “Kenapa aku melihatmu tidak pernah diam di satu tempat?”Al-Farrar balik bertanya, “Bagaimana mungkin orang yang sedang diincar bisa diam di satu tempat?”Al-Makki lalu berkata, “Bukankah kamu berada di dalam genggaman-Nya di setiap tempat?”Al-Farrar, “Benar. Tetapi aku khawatir jika aku mukim di suatu tempat, Dia mencabut nyawaku dalam keadaan terpedaya, karena bermukim dengan orang-orang yang terpedaya.”Allah SWT sendiri telah memberi kabar bahwa para wali-Nya adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, dalam artian hanya takut kepada Allah SWT semata bukan selain-Nya. Sebagaimana firman-Nya adalam surah Yunus ayat 62-63;أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 62 الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ 63Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah SWT, sebagaimana kisah waliyullah Al-Farrar yang selalu mengingat kematian yang merupakan kepastian dari Allah SWT. Sehingga beliau selalu merasa diawasi oleh Allah, kemudian membuatnya terus berkeliling desa agar tidak terjerumus dengan kelalaian sebab lingkungan karena itulah, jangan mudah menghina dan meremehkan orang lain yang lakunya berbeda dengan orang pada umumnya. Bisa jadi orang tersebut adalah kekasih Allah SWT. Karena pada dasarnya, Allah menyebarkan para wali-Nya di tengah-tengah kita semua dengan cara tentu saja Allah mempunyai maksud atau tujuan tersendiri, kenapa para kekasih-Nya mempunyai tingkah laku yang beragam. Salah satunya adalah menunjukkan bahwa jalan untuk menggapai ridha-Nya itu dari segala arah, tidak sisi lain, kisah waliyullah yang dianggap nyeleneh adalah bentuk ujian terhadap diri manusia. Sejauh mana akhlaknya kepada sesama ciptaan-Nya, apakah mereka bisa mengambil hikmah dari sesuatu yang terjadi di depannya? Atau justru malah menghina atau meremehkan seseorang hanya karena berbeda tingkah laku dengan yang lainnya?Tentu saja, dalam kisah para waliyullah kita sering melihat tingkah laku yang tidak pada umumnya. Namun itu semua adalah bagian dari cara Allah SWT untuk melihat hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan beriman kepada-Nya. Karena orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, tentu tidak akan dengan mudah menghina, meremehkan apalagi menghakimi seseorang dari bentuk luarnya saja. Sebab yang berhak menghakimi hati dan tingkah laku manusia, hanyalah Allah semata. . 176 61 363 221 68 362 312 257

ayat sesungguhnya wali allah itu tidak mati